Selasa, 03 April 2018

CERITA JUMADI, PRIA HUMORIS YANG MEMILIH JADI GURU SM-3T


Selalu berusaha memberikan yang terbaik, ikhlas, sabar, tawakal, dan berdoa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Aku yakin suatu saat nanti mereka akan tumbuh menjadi generasi emas Indonesia yang tangguh, mandiri, dan berbudi pekerti. Aku bersyukur dan bangga menjadi bagian dari mereka.”   

Jumadi, S.Pd

(Mahasiswa PPG SM-3T Angkatan VI LPTK UNM Program Studi Pendidikan Ekonomi)

Perkenalkan, Jumadi. Pria Humoris yang Mengikuti Program SM-3T



Jumadi, S.Pd adalah seorang pria humoris kelahiran tahun 1992. Ia adalah anak ke-9 dari 10 bersaudara. Pria yang memiliki saudara kembar identik ini merupakan lulusan S-1 Program Studi Pendidikan Akuntansi Tahun 2016. 


Jumadi bersama para siswa di tempat penugasan

Sebelum menjadi guru SM-3T, Jumadi bekerja di BRI Life bagian marketing. Memutuskan menjadi guru SM-3T dan meninggalkan pekerjaan sebelumnya tidaklah mudah. Namun, ia memiliki semangat mendidik yang besar dan bertualang ke daerah baru. Beruntung rasanya Jumadi bisa merealisasikan impiannya melalui program SM-3T Angkatan VI Beserta 3000-an guru SM-3T se-Indonesia lainnya.
.

Welcome to Distrik Fofi: Perjalanan Terjal Menguji Adrenalin

Jumadi ditempatkan di Distrik Fofi, Kabupaten Boven Digoel, Papua. Tempat ini merupakan kawasan perbatasan antara Provinsi Papua, Indonesia dengan Negara Papua Nugini.
Sekedar informasi, Boven Digoel merupakan tempat pembuangan para tokoh pejuang pada zaman Belanda, termasuk Sutan Syahrir dan Bung Hatta. 


Perjalanan menuju Distrik Fofi


Menuju Distrik Fofi, Ia bersama rekan sepenempatannya harus menempuh perjalanan selama 4 jam dari Ibu Kota Kabupaten Boven Digoel. Rute menuju distrik di awali dari jalur udara selama 30 menit serta melewati derasnya sungai selama 3.5 jam. Kondisi ini menambah khawatir Jumadi jika ada buaya yang tiba-tiba muncul ke permukaan sungai dan menewaskan seisi perahu.

Jumadi bilang, ini tantangan pertama pengabdiannya di mana nyawa menjadi taruhannya. Wah…bisa dibayangkan betapa beresikonya perjalanan yang menguji adrenalin ini!

Rumah Jumadi: Gedung Balai Pertanian yang ‘Masih Layak Pakai’

Bersedia tinggal dan hidup di gedung yang sudah lama terbengkalai pembangunannya? Tentunya tak masalah bagi pria satu ini. Jumadi ditempatkan di gedung Balai Pertanian bersama kelima rekannya (Arfan, Syamsul, Chaidir, Rahmat, dan Aqsha).

Tempat tinggal Jumadi bersama lima rekan lainnya

Meskipun menurutnya ada bagian susunan rumah yang hilang, seperti: plavon, kaca jendela, dan instalasi listrik, serta pelataran yang dipenuhi tingginya rumput liar, tapi baginya kondisi bangunan masih layak pakai.

Sensasi Dunia Malam yang Gelap Gulita

Tak adanya penerangan di malam hari merupakan salah satu topik yang sering Jumadi dengar atau tonton dari kisah inspiratif para pengajar 3T. Ternyata, di Distrik Fofi ia benar-benar dapat merasakan sendiri sensasinya. 

Suasana malam hari tanpa adanya penerangan lampu

Setiap malam suasana begitu gelap pekat hanya bercahayakan keremangan lampu tenaga surya. Alat ini berupa lampu yang menggunakan tenaga matahari. Pada siang hari, lampu biasanya dijemur untuk mendapatkan penerangan maksimal. Menurut Jumadi, orang yang tidak bisa bertahan dalam kegelapan, kemungkinan besar tak akan betah bertahan di tempat semacam ini.

Berburu Jaringan Telepon di Kilometer 15

Berburu jaringan telepon merupakan salah satu bentuk perjuangan Jumadi bersama rekan sepenempatan selama satu tahun untuk bisa menghubungi sanak saudara. Menggantungkan handphone pada kayu atau batang pohon merupakan kegiatan yang awalnya aneh-unik-lalu menjadi kenormalan yang dinikmati setiap prosesnya. Rusaknya jalanan, terjalnya tanjakan –disertai turunan yang curam menambah ekstrimnya perjalanan berburu jaringan telepon ini-. 

Kegiatan menangkap sinyal pada batang pohon

Namun, cerita berburu jaringan telepon tak sampai di sini saja. Tanda jaringan telepon yang tak kunjung muncul membuat Jumadi dan rekan-rekannya pernah kelelahan menunggu hingga tertidur lelap.  

Kondisi jalanan menuju Kilometer 15

Oh iya, jika melakukan perjalanan ke Kilometer 15 jangan lupa sediakan payung sebelum teriknya mentari membakar kulit halusmu, ya! Maklum, perjalanan satu ini cukup panjang. Jumadi dkk bisa menghabiskan waktu 6 jam perjalanan untuk sampai di Kilometer 15 dengan berjalan kaki (belum termasuk perjalanan pulang, loh). Wah…zuper sekali, ya…

Sayur-Mayur Sulit Ditemui itu Rasanya…

Penjual kebutuhan pokok di Distrik Fofi biasanya hanya menjual barang tertentu dengan memanfaatkan kapal. Sayangnya, jadwal kedatangan kapal yang tak menetap membuat Jumadi dan rekan-rekan sepenempatan cukup kesulitan mendapatkan bahan makanan. Apalagi sayur-mayur nyaris tak pernah dijual di tempat ini. Rasanya, keberadaan sayur-mayur di tempat ini adalah bagian dari barang mewah. Hampir setiap hari menu makanan Jumadi adalah mie instan dan ikan kaleng. 

Jumadi sedang merawat tanaman sayurnya

Hmm…pasti nelangsa sekali bapak guru yang satu ini. Eits, tapi tunggu dulu! Keadaan seperti ini mencetuskan ide pada diri Jumadi untuk menanam beragam sayuran. Selain itu, Jumadi dapat mengasah keterampilan memasak dengan mengkreasikan bahan makanan yang sama setiap harinya.

Nah, cerita ini merupakan gambaran dari hikmah yang dapat dipetik dari setiap kejadian. sama halnya dengan hikmah yang bisa dipetik dari sebuah kata yang namanya ‘keterbatasan’.

Potret Buram Dunia Pendidikan di Ujung Timur

Jumadi mengajar di SMP Negeri Fofi dan SD Negeri Ikisi. Permasalahan di sekolah yang Jumadi temui cukup kompleks. Permasalahan ini dimulai dari ketiadaan guru, siswa yang lebih memilih untuk memangkur sagu akibat dari keterbatasan ekonomi, sekolah yang sering kali libur meskipun bukan libur nasional, motivasi belajar siswa yang rendah, serta siswa SD masih banyak yang tidak bisa membaca bahkan mengenal huruf. 

Suasana kelas ketika proses pembelajaran berlangsung
Roda pendidikan di sekolah penempatan Jumadi nyaris saja tak berjalan. Namun kondisi seperti ini malah membuat Jumadi semakin semangat untuk bisa mengabdi. Tak masalah jika ia harus melakukan rutinitas di sekolah dari pagi hingga sore demi keteguhannya dalam mencerdaskan anak bangsa.

Aktivitas Unik: Memandikan Anak Tetangga

Beberapa anak tetangga biasanya datang ke rumah sekedar untuk bermain atau belajar. Kondisi ini membuat Jumadi dan rekan sepenempatan memiliki hubungan yang cukup dekat dengan mereka. Namun, kebiasaan anak yang jarang mandi membuat tubuh si anak terlihat kurang berseka dan mengeluarkan bau tak sedap. Tak hanya itu, merekapun lebih rentan terkena penyakit karena aktivitas sehari-hari di rumah bersama hewan seperti anjing atau babi. 

Jumadi sedang memandikan anak tetangga yang berkunjung ke rumahnya

Keadaan ini membuat Jumadi berinisiatif untuk memandikan mereka para anak tetangga yang berkunjung main ke rumah. Jumadi berharap, kegiatan ini mampu menumbuhkan kesadaran bahwa mandi adalah hal yang penting dan harus dilakukan setiap harinya.

Uniknya, kebiasaan mandi dan mencuci rambut masyarakat Papua pada umumnya adalah dengan menggunankan sabun detergen yang juga dipakai untuk mencucui baju dan piring. Hal ini tak lain disebabkan karena faktor harga yang murah dan tak mudah cepat habis seperti menggunakan sabun mandi.

Piknik Ceria Bersama Para Siswa

Piknik bersama para siswa dan rekan guru adalah salah satu cara dalam mengusir kepenatan selama proses pembelajaran di sekolah. Piknik menarik dan menyenangkan dihabiskan bersama siswa salah satunya adalah berjalan-jalan ke Kali I. Perjalanan ke tempat ini hanya membutuhkan waktu sekitar 10 menit dengan menggunakan perahu mesin. Kegiatan yang dilakukan di tempat ini seperti halnya berenang, memancing, dan makan bersama dengan lauk hasil pancingan. 

Kegiatan berenang di Kali I

Piknik lainnya dilaksanakan di Kali Afu. Perjalanan satu ini ditempuh dalam waktu 15 menit menggunakan perahu mesin. Tempat satu ini cukup asri dan terdapat sebuah pemondokan yang bisa ditempati. 


Kegiatan membakar sagu dan ikan bersama para siswa di Kali Afu

Pengalaman tak terduga yang terjadi di piknik kali ini adalah terbaliknya perahu yang ditempati selama tiga kali. Tapi semuanya terbayarkan ketika lezatnya memakan sagu bakar ditemani gurihnya ikan bakar. 

Hari ke-3 Kepergian Ibunda yang Tak Terduga

Ujian terberat Jumadi selama di penempatan adalah peristiwa meninggalnya ibunda tercinta. Kesedihan ini menggoreskan luka mendalam bagi diri Jumadi. Hal yang sangat ia sesali adalah kabar kepergian ibunda yang baru saja diketahuinya setelah beliau wafat di hari ke-3. Kabar yang terlambat disampaikan ini tak lain dikarenakan ketiadaan jaringan telepon. Keluarga sungguh kesulitan mengabari Jumadi. 


Jumadi bersama ibunda (almh) saat acara wisuda

Tentunya kita bisa merasakan kepiluan mendalam ditinggalkan oleh orang terkasih ketika kita berada di tempat yang jauh dari jangkauan dan sanak saudara. Semoga almarhumah diterima amal ibadahnya di sisi Allah SWT.


Orang Gila yang Datang Membawa Parang Panjang


Kejadian menarik yang tak dapat Jumadi lupakan hingga kini adalah lelaki yang memiliki riwayat gangguan jiwa datang dan merusak fasilitas yang tersedia. Tiba-tiba, sesosok lelaki yang biasa dicap sebagai ‘orang gila’ tersebut berkata kasar dan merusak beberapa fasilitas seperti halnya: jendela, pagar, jemuran pakaian, serta perangkat wifi yang kegunaannya cukup penting. Semua kabel yang terhubung dipotong. Padahal alat tersebut merupakan satu-satunya alat komunikasi untuk mengabarkan sanak-saudara di kampung halaman. 

Ketika lelaki bergangguan jiwa tersebut telah pergi, beberapa waktu kemudian ternyata ia datang kembali. Kali ini ia berhasil memukul wajah salah satu rekan Jumadi hingga beberapa warga datang dan mengamankannya. Namun ternyata ia tak jera. Lelaki tersebut datang untuk ketiga kalinya sambil membawa parang panjang. Jumadi dan kelima rekannya kontan berlarian dan bersembunyi di rumah warga. Beruntung petugas Linmas mampu mengamankan lelaki tersebut dan membuat keadaan menjadi tenang seperti sedia kala.
 
Kearifan Lokal yang Masih Terjaga

Sumber kebutuhan pokok yang berasal dari alam, membuat masyarakat Distrik Fofi menjaga kelestarian ekosistem air dan darat. Masyarakat Distrik Fofi biasanya melakukan tebang pilih dalam pemanfaatan kayu. Tak hanya itu, mereka pun melakukan aktivitas penangkapan ikan masih menggunakan alat tradisional, tidak menggunakan bahan kimia. 

Suasana perkampungan Distrik Fofi

Tak mengherankan jika tradisi ini membuat hutan terjaga dengan alami, kualitas udara Distrik Fofi yang begitu sejuk, dan suasana kampung yang asri belum terjamah oleh keramaian kota. Wah…kita bisa membayangkan, betapa tenang dan damainya suasana di lingkungan Distrik Fofi.

Penari tarian Papua pada kegiatan perpisahan sekolah SD
 Kearifan lokal lainnya yang masih terjaga hingga saat ini adalah tarian yang biasa dilaksanakan di acara keagamaan, acara sambutan, hingga acara perpisahan. Tak heran jika kaula muda hingga tua mahir melakukan tarian khas Papua.

Perempuan-Perempuan Strong Distrik Fofi

Fenomena ibu bekerja ternyata tak hanya nge-tren di daerah perkotaan saja, namun juga di Papua. Perempuan Distrik Fofi banyak yang menjadi tulang punggung keluarga sebagai pencari nafkah. Para perempuan biasanya bekerja mencari ikan, sagu, kayu bakar ke hutan bahkan mengangkat air. Fenomena ibu bekerja versi perempuan Papua seperti ini bagi Jumadi merupakan hal yang mengagumkan dan jarang ia lihat sebelumnya di Makassar. 

Kegiatan mengambil air pada perempuan Distrik Fofi
Hal yang patut untuk menjadi pembelajaran pada perempuan Distrik Fofi lainnya adalah jiwa sosial yang tinggi. Tak peduli mereka makan atau tidak, yang terpenting mereka harus berbagi terhadap sesama, khususnya pada sanak-saudara. Indahnya berbagi ada juga di sini loh, gaes…


Saat Rekan Sepenempatan Menjadi Sahabat Sekaligus Keluarga Terdekat


Bagi Jumadi, kelima rekan sepenempatannya adalah sahabat sekaligus keluarga terdekatnya selama berada di Distrik Fofi, Papua. Seiring dengan suka duka yang dilewati bersama, keterikatan hubungan emosional semacam ini terjalin dengan sendirinya. 


Jumadi bersama empat rekan sepenempatan wilayah Distrik Fofi


Selain tempat mencurahkan isi hati, biasanya, Jumadi dan kelima kawannya akan membahas satu topik yang bahkan dianggap sepele untuk mengusir rasa bosan selama di penempatan. Diskusi biasanya berjalan dengan alot namun segar karena berbumbukan humor yang muncul secara spontan. Sederhana tapi menarik, ya?
 
Perpisahan yang Akan Selalu Dikenang dan Dirindukan

Tepat di Hari Kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus Tahun 2017 merupakan berakhirnya masa tugas Jumadi di Distrik Fofi. Seluruh lapisan masyarakat mulai dari tokoh masyarakat, orang tua siswa, siswa, petugas kesehatan, hingga pemilik perahu mesin yang sering Jumadi tumpangi turut hadir. Suasana mengharu biru ini membuat Jumadi tak banyak berkata dan hanya bisa memberikan ucapan terima kasih, kata-kata motivasi, serta meminta doa kepada seluruh siswa untuk bisa kembali pulang ke Distrik Fofi. 

Penampilan di acara perpisahan guru SM-3T bersama berbagai lapisan masyarakat
Beberapa waktu lalu, seorang siswa menelepon kepada Jumadi mengabarkan bahwa dirinya rindu dan selalu menangis setiap kali melihat foto para guru yang terpampang di rumah penempatan Jumadi. Mendengarnya, hati Jumadi cukup terenyuh. Bagi Jumadi, pengalaman berharga bisa mengabdi dan tinggal di Distrik Fofi tanah Papua merupakan hal yang akan selalu dikenang dan dirindukan. 

Bismillah, Gelar Gr. sedang Berada di Depan Mata

Tahun ini Jumadi tengah menyelesaikan studi PPG (Pendidikan Profesi Guru) SM-3T Angkatan VI bersama 160-an rekan guru SM-3T LPTK UNM (Universitas Negeri Makassar). Tak hanya sebagai mahasiswa PPG saja, Jumadi pun dipercaya untuk menjadi Lurah Daeng Asrama PPG SM-3T. Lurah Daeng merupakan panggilan untuk mahasiswa PPG yang bertugas memimpin seluruh aktivitas di wilayah asrama pria. 

Jumadi menjelaskan kepada masyarakat asrama mengenai kebersihan dan kenyamanan asrama

Satu tahun ini Jumadi akan melaksanakan perkuliahan sebaik mungkin dengan target lulus Ujian Kompetensi dan menjadi guru yang benar-benar profesional. Kiat-kiat yang Jumadi lakukan saat ini seperti halnya berusaha fokus dalam melaksanakan perkuliahan PPG, membangun motivasi untuk berprestasi, melakukan segala sesuatunya dengan ikhlas, berusaha untuk tetap ceria, menjaga hubungan baik dengan sesama masyarakat asrama, menjaga kesehatan dan beristiqomah


Jumadi bersama teman-teman PPG SM-3T UNM Jurusan Pendidikan Ekonomi

Satu hal lagi yang tak kalah pentingnya…Jumadi sedang berusaha berbenah diri untuk menjadi calon imam dan calon ayah yang baik untuk istri dan anak-anaknya kelak. 
 
Mungkin...kamu orangnya? 


//Humas//
Editor  : Akrima Dewi, S.Pd

Tidak ada komentar:

Posting Komentar